Remaja |
Beberapa orang
mengatakan masa-masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dan tidak akan
terlupakan seumur hidup. Bagaimana tidak, kita mulai berani mengekspresikan diri kita, bagaimana pendapat kita dan tidak jarang ingin diakui lebih hebat dalam suatu komunitas sehingga tidak jarang konflik antar remaja mewarnai fase ini. Tetapi, tidak jarang juga masa remaja menjadi suatu
hal kenangan buruk yang tidak ingin kita ingat apabila kita mengacaukannya. Karena
pada masa remaja cara berpikir kita sudah sedikit lebih maju dari
kanak-kanak, bisa membedakan mana yang benar dan tidak benar walaupun
seringkali remaja melakukan kesalahan juga. Karena, di masa remaja gejolak, hormon
dan ketidakstabilan emosi meningkat. Apabila remaja tersebut tidak bisa
mengendalikannya, maka akan berakhir menjadi kenakalan remaja.
Suardi (1986: 98) menyatakan remaja adalah masa perantara dari
masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik.
Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik, terutama konflik remaja dengan
dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga membutuhkan penanganan khusus
yang menuntut tanggung jawab paripurna.
Mengenai ciri-ciri
remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai
segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku.
Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang
dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi
akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut:
1. Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual yang
meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang
dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah
laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan,
delikuen,dan maniakal atau depresif. Hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui
nilai–nilai hidup orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes atau
berontak terhadap orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering
kali disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian
identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh–tokoh di luar lingkungan
keluarganya, yaitu : guru, figur ideal yang terdapat dalam film, atau tokoh
idola.
Saya sendiri masih mengalami hal ini, seringkali
saya dengan kedua orangtua saya berbeda pendapat. Apakah karena orangtua saya
yang terlalu konservatif, overprotektif dan tidak percaya sepenuhnya kepada
saya atau saya yang terlalu menuntut kebebasan.
b. Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami
perubahan yang cepat sekali. Perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri
remaja.
Di saat beranjak SMP, awalnya saya terkejut
karena suara saya yang membesar, tumbuh bulu-bulu di bagian sensitif, “wet
dream” dsb. Untungnya ada mata pelajaran biologi yang menjelaskan bahwasanya
fase ini wajar dialami seseorang ketika beranjak remaja. Orangtua saya sangat
tabu membicarakan hal-hal tersebut.
c. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan
keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok
senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
d. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai
berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri
e. Perilaku yang labil dan berubah–ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang
berubah–ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu
lain tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan
perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja
terdapat konflik yang memerlukan perhatian dan penanganan yang bijaksana.
2. Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: mulai tertarik terhadap
seseorang bahkan teman yang sering kita ajak berinteraksi, mulai meningkat
pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik,
musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik
dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik tidak jarang
dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar,
seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas
lebih terarah untuk meminta bantuan.
3. Adolensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari
dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan
‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin
sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural,
politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang
menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan,
dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan
bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya. Ciri-cirinya dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Kebebasan dari orangtua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua
menjadi realitas. Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang
menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat dengan orang lain
melalui ikatan cinta yang stabil.
b. Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu
tugas tertentu yang ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan
cita–cita masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung
bekerja untuk mencari nafkah
c. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyusun nilai–nilai moral dan etis
sesuai dengan cita – cita.
d. Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang
stabil menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja
e. Penghargaan kembali pada orang tua dalam
kedudukan yang sejajar
Secara teoritis beberapa
tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari
sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti
tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi
dalam 2 periode yaitu:
1. Periode masa puber usia 12-18 tahun
a. Masa
prapubertas : peralihan dari akhir
masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Ciri-cirinya:
1) Tidak suka diperlakukan seperti anak kecil
2) Mulai bersikap kritis
b. Masa pubertas : masa remaja awal. Ciri-cirinya:
1) Mulai cemas dan bingung terhadap perubahan
fisiknya
2) Memperhatikan penampilan
3) Sikapnya tidak menentu/plin-plan
4) Suka berkelompok dengan teman sebaya dan
senasib.
c. Masa akhir pubertas : peralihan dari masa
pubertas ke masa adolesen. Ciri-cirinya:
1) Pertumbuan fisik sudah mulai matang tetapi
kedewasaannya psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
2) Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri
lebih awal dari remaja pria.
2. Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun
a. Mulai menyadari akan realita
b. Sikapnya mulai jelas tentang hidup
c. Mulai nampak bakat dan minatnya
Berdasarkan uraian mengenai remaja dari segi
psikis, dapat disimpulkan bahwa : Ciri perkembangan psikologis
remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat
depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak
terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh
karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil
karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain
waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri
sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan
tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan
diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan
mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya
ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap
harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja
mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah
orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau
dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
0 komentar: