Minggu, 01 Juni 2014

Cerita Frustasi dan Motivasi

By Ramazayn   Posted at  06.31   Psikologi No comments

Frustasi
Frustasi
Frustasi 
        Frustasi adalah keadaan dimana seseorang sedang kalut, terlalu banyaknya masalah, tekanan ataupun lainnya, sehingga tidak dapat menyelesaikannya, yang hampir sama dengan stress, Akan tetapi tidak bisa  disamakan oleh pengertian putus asa. Akan tetapi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami seseorang, ketika keinginanya tidak dapat tercapai atautidak dapat terealisasikan atau bisa juga cita-cita atau keinginanya tidak dapat terwujud.

Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dalam buku Educational Psychology oleh W John Santrock pada tahun 2004, berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.

Baiklah, kali ini saya tidak akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan frustasi ataupun motivasi karena materi ini sudah pernah dipresentasikan berkali-kali saat proses perkuliahan Pengantar Psikologi Umum. Saya akan membahas pengalaman hidup saya mengenai frustasi dan motivasi.
Setiap Orang pasti pernah minimal sekali dalam hidupnya mengalami yang namanya keadaan frustasi, termasuk saya sendiri. Saat itu merupakan transisi dari masa SMP ke SMA. Sewaktu SMP, saya sudah berkeinginan untuk memasuki salah satu SMA Negeri favorit di Medan, karena saya lihat alumninya banyak yang berprestasi dan itu membangkitkan gairah/passion saya untuk memasuki SMA Negeri tersebut.
Saya akui, sewaktu masa SMP saya kurang begitu maksimal dalam hal akademis, walaupun saya bisa bertahan tidak keluar dari peringkat 5 besar. Kemauan belajar sendiri tanpa disuruh atau hanya karena ada tugas turun drastis daripada sewaktu saya SD dulu. Selain saingan saya juga lumayan banyak, mereka juga masing-masing punya skill tersendiri yang membuat mereka menonjol daripada yang lain yang membuat saya sedikit minder.
Transisi dari SD yang saya benar-benar buku holic berubah drastis semenjak SMP. Saya mulai mengenal apa itu Games Online, saya menemukan teman-teman yang hobbynya sama dengan saya, yaitu menonton dan banyak lagi hal lainnya yang membuat saya merasa enjoy dan sedikit terlena sehingga tidak jarang saya menomor 2 kan akademis.
Tiba saat Ujian Nasional hamper dekat, saya mulai terkejut dimana semua orang bukannya sibuk belajar ataupun ikut les tambahan, tetapi saya malah mendengar desas desus mengenai kunci jawaban UN. Saya kaget mendengar hal tersebut, apakah benar kunci jawaban UN bisa tersebar begitu saja. Ketika saya mulai mengikuti perbincangan lebih dalam, ternyata latar belakang orangtua beberapa murid disitu bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan kunci jawaban Ujian Nasional. Yang membuat saya terkejut lagi, sekolah bahkan membiarkan hal tersebut hanya karena 1 alasan : supaya sekolah itu tidak malu ada muridnya yang tidak lulus. Supaya di cap sekolah 100 % lulus.
Saya yang benar-benar tidak tahu sama sekali dan masih polos saat itu pun akhirnya ikut-ikutan meminta bantuan kunci jawaban dari teman saya yang dapat karena saya merasa tidak percaya diri dan tidak mau mengambil resiko akan keidealisan saya. Ternyata, kunci jawaban yang ditawarkan pun bervariasi nilainya, ada yang rata2 sedang, hingga nilai sempurna. Tentu saja saya mendapatkan kunci jawaban yang biasa-biasa saja yang bermodalkan meminta dari teman.
Alhasil saat pengumuman, saya dinyatakan lulus dengan rata-rata yang menurut saya cukup tinggi dari rata-rata Try Out saya sendiri yaitu 8.40. Tetapi, rata-rata tersebut ternyata tidak ada apa-apanya, masih banyak yang diatas saya bahkan ada beberapa murid yang keseharian akademisnya buruk malah mendapatkan rata-rata 9.00. Saya mulai pesimis ketika syarat untuk masuk ke SMA Negeri yang saya icita-citakan tersebut berdasarkan nilai UN. Memang ada jalur ujian beberapa persen, tetapi disitu dijadikan komersalisasi atau istilahnya adalah sisipan. Dan alhasil, saya tidak diterima di SMA Negeri yang saya inginkan tersebut hanya karena patokan nilai UN yang bisa dikatakan tidak fair. Melihat beberapa teman saya yang saya tahu kemampuan akademisnya jauh dibawah saya, tetapi diterima di sekolah yang saya cita-citakan tersebut membuat saya kecewa dan frustasi.
Akhirnya, saya masuk ke SMAN 11 Medan, kembali lagi ke rayon sekitaran rumah saya di Tembung. Sekolah ini prestasinya biasa saja dan tidak difavoritkan kalau di kota Medan, kalau sekitaran Tembung memang cukup favorit. Semester pertama, saya tidak fokus dan masih konflik dengan diri saya sendiri. Saya memilih bermain-main saja, saya bahkan sempat berfikir,”untuk apa saya belajar capek-capek kalo nantinya bakal dapat kunci jawaban juga”.
Saat teman-teman SMP mengajak reunian, saya sebenarnya sangat malas. Pasti topik pembahasannya adalah seputaran SMA mana yang kita masuki. Disitulah muncul sebuah motivasi dari diri saya sendiri, mungkin sekarang saya tidak berada di sekolah yang difavoritkan, atau sekolah yang tidak terkenal dan dipandang sebelah mata. Tapi, nanti saya akan buktikan saat di bangku perkuliahan. Siapa sebenarnya yang benar-benar bisa survive.

Motivasi itulah yang membangkitkan saya kembali dari keterpurukan dan kefrustasian saya. Kalau menurut saya, motivasi intrinsic, atau dari dalam diri sendiri itu lebih kuat pengaruhnya daripada ekstrinsik atau dari orang terdekat. Seperti saya, berkali-kali orangtua saya menasehati semua sekolah itu sama, tetapi dulu saya tetap menolak pernyataan tersebut. Hingga muncul motivasi dari diri sendiri untuk bangkit.


author

About the Author

Banggalah karena sesuatu yang kau perjuangkan. Tetapi kebanggaan dapat membuat pertahananmu lemah. Keep it balance.
View all posts by: Ramadan Siregar

0 komentar:

Back to top ↑
Connect with Us

What they says

© 2013 Cerita Random. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.