Sabtu, 28 Mei 2011

Cerita Buku Sekolah Elektronik (BSE)

By Ramazayn   Posted at  12.42   Opini No comments

Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Buku Sekolah Elektronik adalah buku dari pemerintah

Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan salah satu terobosan kebijakan pemerintah yang patut dipuji. Idenya sederhana saja. Pemerintah (Kemdiknas) membeli hak cipta buku-buku sekolah di berbagai jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA, termasuk SMK), kemudian buku tersebut diunggah ke website yang sengaja dibuat (http://bse.kemdiknas.go.id) sehingga bisa diunduh dan diperbanyak oleh siapa saja secara gratis. Kalau sudah diunduh dan dicetak, mau dijual ke orang lain juga boleh, asal tidak melampaui harga maksimalnya. Harapannya adalah anak-anak Indonesia tidak lagi menghadapi masalah dalam membeli buku. (Kompasiana.com, 2012)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tiba disekolah, gak ada guru yang masuk di kelas IPA 2. Lalu kami dipanggil oleh kepsek ke perpustakaan. Kirain mau ngapain, eh ternyata disuruh beres – beres dan mempercantik perpustakaan. Soalnya, perpustakaan akan dipakai tanggal 16 untuk debat bahasa inggris. Sekolah kami mengundang SMA Harapan untuk debat English. Gak tau gimana jadinya kalau anak harapan disuruh duduk lesehan bersila. Hhahah….Yah, gimanalah sekolah tercinta ini gak punya aula.

Abu sekitar 5 inchi tebalnya. Busyet, macem udah 100 tahun gak dibersihkan perpustakaan ini. Tapi, berkat LASDUPADU yang telah membersihkan ruangan tersebut, kesan angkernya jadi hilang. Apalagi udah gak ada dua makhluk mengerikan yang sering gentayangan disana. Huahahhah………..

Saat aku liat tumpukan koleksi buku di perpustakaan, ternyata aku menemukan Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang merupakan program dari pemerintah gitu. Buku ini dapat diunduh secara gratis di website pemerintahan secara gratis. Aku menemukan cetakan buku BSE itu gak cuma 1 atau 2, Tapi banyak sekali. Kenapa mahal – mahal beli buku kalau buku dari pemerintah ada? kenapa gak digunakan? jeritan suara seorang murid. Hhhe…. Ya, kalau buku ini dijadikan sebagai bahan utama, otomatis para guru tidak bisa berjualan buku dari pihak penerbit. Kalau guru tidak menjual buku dari penerbit, maka mereka tidak dapat fee. Begitulah kira-kira permasalahannya.

Padahal, koleksinya lengkap loh. bagi yang program IPA ada (Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi). Paling biologi yang kurang. Itu kan bisa digunakan jadi murid-murid gak perlu beli buku mahal-mahal. Dulu aja, waktu aku masih SMP, 3 buah buku pelajaran dipinjamkan dari sekolah untuk meringankan uang buku. Tapi diakhir sekolah, buku tersebut harus dikembalikan. Kenapa disini gak dipake? Atau setidaknya buku tambahan untuk dijadikan referensi. Ini gak, cuma jadi pajangan aja disitu betumpuk-tumpuk. Huhhh…

Terus, aku nyoba nyari-nyari koleksi buku yang lainnya. Ada 4 buku ensiklopedia yang isinya bagus sekali. Kenapa gak ditunujukan sih? atau jadi bahan referensi? Pokoknya banyak kali buku-buku yang bagus-bagus disitu yang terbuang percuma dan hanya menjadi pajangan.
Alhasil, kami pun dikasih izin sama Pak Kepsek baca-baca buku disitu. (Biasanya ada yang melarang kami kalau ke perpus. Katanya mengganggu lah, maen-maenlah dsb.) Kami pun bersyukur dengan kepsek yang baru. Beliau lebih terbuka dan memelajar (sinonim memasyarakat) atau dekat dengan murid. Hhehhehe…….

author

About the Author

Banggalah karena sesuatu yang kau perjuangkan. Tetapi kebanggaan dapat membuat pertahananmu lemah. Keep it balance.
View all posts by: Ramadan Siregar

0 komentar:

Back to top ↑
Connect with Us

What they says

© 2013 Cerita Random. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.